1.
Sekolah
Khusus bagi Penyandang Tunanetra
Pendidikan
luar biasa di Indonesia dapat ditelusuri sampai dengan awal abad XX. Atas
inisiatif dr.Westhoff, pada tahun 1901 dibukalah satu lembaga untuk penyandang
tuna netra yang pertama di Indonesia, bertempat di kota Bandung. Layanan yang
diberikan kepada penyandang tunanetra yaitu penampungan dan latihan kerja dalam
bentuk sheltered workshop (bengkel kerja terbimbing).
Dr.C.H.A. Westhoff
Pada tanggal 6 Agustus 1901 didirikan Yayasan Perbaikan Nasib orang-orang
buta (Rumah Buta) oleh Dr. C. H. A. Westhoff. Beliau adalah seorang dokter mata
berkebangsaan Belanda. Di tengah kesibukannya, ia berusaha menyampaikan
gagasannya ke berbagai pihak. Dalam pikirannya saat itu, siapa tahu ada
orang-orang yang sama dengan perasaannya. Atau paling tidak tumbuh dorongan
perasaan dan bersedia mengulurkan tangannya. Apalagi menurut M. J. Leanderink,
Direktur Instituut tot Onderwijs ann Blinden, pada tahun 1901, jumlah
penyandang tunanetra di Hindia Belanda (Indonesia) sangat besar. Vereniging tot Vernetering van het lot der
Blinden in Nederlandsch Oost1Indie (Yayasan Perbaikan Nasib Orang Buta di
Nusantara) ini mendapatkan izin dari pemerintah Belanda pada saat itu
dengan keluarnya surat keputusan
Pemerintah Nomor 9 tanggal 06 Agustus 1901 oleh Gubernur Jendral W.Roosemboom. Realisasi kegiatannya di mulai
sejak 16 September 1901 dengan di bukanya Bandoengsch Blinden Instituut di
bawah pimpinan J.W. Van der Zanden.Kegiatannya di mulai di Tjitjendoweg
(Jl.Cicendo) dengan dua orang murid yang bernama Johana Everdina dan Albert
Bogehof van der Berg. Ternyata murid-muridnya, dari hari ke hari terus
bertambah, sehingga pada bulan Mei 1902, tempat kegiatannya dipindahkan ke
tempat yg lebih luas di Bragaweg (Jalan Braga). Dengan tujuan memberi bekal
pengetahuan dan keterampilan untuk mengurangi ketergantungannya, kemudian
dibuka bengkel (work shop). Sementara para pengurusnya aktif melakukan kampanye
dan penyuluhan mengenai pencegahan kebutaan. Berkat kesungguhan usaha para
pengurusnya, bantuan-bantuan mulai berdatangan. Antara lain diterima dari
negeri Belanda, Raja Muangthai (Thailand), dan pemerintah jajahan. Usaha
Wosthoff memerangi kebutaan dan penyantunan para penyandang tuna netra kian
berhasil.Dengan bantuan dari pemerintah didirikanlah Koningin
Wilhelmina-Ooglijder Gasthuis yang merupakan cikal bakal dari rumah sakit mata
Cicendo. Pada tahun 1912, Dr. C. H. A. Westhoff meninggal dalam perjalanan
laut.
Sekolah bagi
Anak Tunagrahita
Sekolah bagi
anak tuna grahita yang pertama juga didirikan dikota Bandung pada tahun 1927.
Pendiri sekolah ini adalah Vereniging Bijzonder Onderwijs dengan
promotornya bernama Folker, sehingga sekolah ini diberi nama Folker School. Pada
tahun 1942, nama sekolah ini diganti menjadi Perkumpulan Pengajaran Luar Biasa.
1.
Sekolah bagi
Anak Tunarungu
Sekolah bagi
anak tuna rungu-wicara yang pertama juga dibuka di Bandung pada tahun 1930,
berdasarkan Surat keputusan Nomor 34 Tahun 1930 sebagai tambahan Berita Negara
1930-09. Pendiri sekolah ini adalah Ny.C.M.Roelfsema, isteri seorang dokter
ahli THT, dan sekolah ini bernama Vereniging Voor Ondervijs an Doofstomme
Kinderen in Indonesia.
Pada saat
yang hampir sama, sebuah sekolah khusus bagi anak tuna runguwicara putri
didirikan di kota Wonosobo Jawa Tengah. Nama sekolah ini adalah Werk Voor
Misdeelde Kinderen in Nederlands host Indie yang pada tahun 1958 diubah
menjadi Yayasan Dana Uphakara. Sedangkan bagi anak tuna rungu-wicara putra
didirikan Bruder Karitae yang kernudian diganti menjadi Yayasan Karya
Bahkti.
Perkumpulan Penyelenggaraan Pengajaran kepada anak-anak
Tuli Bisu di Indonesia didirikan pada tanggal 3 Januari 1930 atas inisiatif Ny.
CM Roelfsema Wesselink istri Dokter H.L Roelfsema, seorang ahli THT di
Indonesia, pada waktu itu di kediaman beliau Jln. Riau No. 20 Bandung didirikan
sekolah dan asrama yang pertama dengan jumlah murid 6 orang. Kemudian pindah ke
Oude Hosfitalweg No. 27 Bandung, tidak lama kemudian didatangkan 2 (dua) orang
guru ahli dari Nederland yaitu Tuan DW. Bloemink dan Nona E. Gudberg, yang
kemudian Tuan DW. Bloemink diangkat
menjadi Derektur, berkat kebijakan Tn. KAR Bosscha beliau menyerahkan uang
sebesar ƒ 50.000 kepada Dewan
Kota Praja Bandung pada waktu itu. Maka pendirian gedung sekolah dan asrama di atas sebidang
tanah di desa cicendo, distrik Bandung, Kabupaten Bandung. Karisidenan Priangan
di bangun dengan peletakan Batu
Pertama oleh Hoogedelgeboren Vrouwe A.C de Jonge, Gebaran Baronesse Van
Wassenoar, istri dari Gouverneur Generaal Van Nederland disch Indie, Zijne
Excellentie Mr. D.C. de Jonge.” pada tanggal 6 Mei 1933. Pada tanggal 18
Desember 1933 gedung sekolah dan
asrama selesai dan di buka secara resmi, dengan jumlah murid 26 orang
diantaranya 6 orang tinggal di luar asrama. Pada tahun 1942 – 1945 gedung
sekolah dan asrama dipergunakan oleh tentara Jepang (selama peperangan jepang)
dan setelah peperangan Jepang berakhir lembaga pendidikan sekolah dan asrama
dipergunakan untuk klinik bersalin, kemudian pada tanggal 1 Juni 1949 gedung
sekolah dan asrama dikembalikan kepada perkumpulan, sehingga sekolah dan asrama
bisa diselenggarakan sebagaimana mestinya dan kemudian Kementrian pendidikan
dan pengajaran mendatangkan guru ahli dari Nederrland yaitu Jivan Dooran dan
disusul oleh Tn. Van Derbeek pada tahun 1949 Tn Jivan Doorn diangkat menjadi
Derektur Lembaga LPATB ( Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu) tahun 1950.
Kemudian diteruskan oleh Yn. Vander Beek pada bulan
Oktober 1951. Pada September 1952 lembaga ini diresmikan sebagai Sekolah Rakyat
Latihan Luar Biasa. Tidak lama
kemudian pada tahun 1954 Departemen Pendidikan menetapkan lembaga pendidikan
untuk para penyandang cacat di Indonesia dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB).
SLB B Cicendo Bandung berstatus swasta, yaitu kepunyaan P3ATR yang juga
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sekolah latihan
SGPLB ( Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa). Setelah Tn. Van Der Beek pulang ke
negeri Belanda, yang menjadi kepala sekolah adalah Bapak Saleh Bratawidjaya BA.
Pada tahun 1956 beliau pensiun kemudian dijabat oleh Bapak RA. Suwandi
Tirtaatmadja dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1986 dan kepengurusan P3ATR
diketuai oleh Gubernur Jenderal Belanda ( pada jaman Belanda) setelah
perkumpulan diserahkan kepada Republik Indonesia yang menjadi ketua / Derektur
P3ATR dipegang oleh Gubernur Jawa Barat yaitu Bapak R. Moch. Sanusi Harja
Dinata, seterusnya secara tradisi yang menjadi ketua / Derektur P3ATR langsung
dipegang oleh Gubernur, akan tetapi pada waktu Gubernur Jawa Barat Bapak
Solihin GP, tradisi ini berubah karena pada waktu itu Bapak Solihin GP tidak
bersedia menjadi ketua / Derektur, maka beliau menunjuk Bapak Irawan Sarpingi (
Derektur Taksi 4848 ) sebagai ketua P3ATR sampai jabatan Gubernur selesai,
kemudian Gubernur Jawa Barat Bapak Aang Kunaefi menunjuk Bapak Ir.Encon
Padmakusumahmenjadi ketua P3ATR. Pada waktu Bapak Yogi SM menjadi Gubernur,
beliau menunjuk Bapak RH. Gartina Dindadipura SH sebagai ketua P3ATR hingga SLB
– B P3ATR berubah nama menjadi YP3ATR. Dan Kepala Sekolah SLB – B P3ATR setelah
Bapak Saleh Bratawijaya BA pensiun, diganti oleh Bapak RA. Suwandi Tirtaamaja
BA beliau pensiun pada tahun 1986
diganti oleh Bapak Drs. Purnama kemudian diganti oleh Bapak Jajuri BA dan
diganti oleh Bapak Drs. Suhali kemudian pada tahun 1994 diganti oleh Bapak Uu
Sumawinata SPd, karena beliau dimutasi di Sumedang, kemudian diganti oleh Ibu
Dra. Kartika kemudian beliau dimutasi di Purwakarta bulan September 2003, maka
kemudian diganti oleh Bapak Priyono, S.Pd mulai bulan September 2003 – sampai dengan
sekarang.
Hasil Penelitian Relawan VHO Berkebangsaan Belanda yaitu
Tn. Frend menyimpulkan bahwa pelayanan pembelajaran di SLB – B YP3ATR Cicendo
Bandung. Tidak bisa digabungkan antara Penyandang Tuna Rungu murni dengan Tuna
Rungu Plus ( Tuna Rungu Plus gangguan lain ). Maka pada tahun 1996 SLB – B
YP3ATR dijadikan 2 sekolah SLB, yaitu SLB – B I YP3ATR yang melayani pendidikan Tuna Rungu
Murni dan SLB-B II YP3ATR melayani pendidikan Tuna Rungu Plus gangguan lain.
Dan Kepala SLB – B YP3ATR pada waktu itu Bapak Uu Sumawinata S.Pd, Kepala SLB –
B II YP3ATR Ibu Dra. Elly
Srimelinda, Kepala SLB – B I diganti oleh Ibu Dra. Kartika dan Kepala SLB-B II
diganti oleh Ibu Dra. Eti Rochaeti dan Kepala SLB – B I diganti Bapak Priyono,
S.Pd. Dengan perubahan zaman dan dengan beberapa kali lembaga ini ada perubahan
nama, mulai dari SLB P3ATB ( Perkumpulan Penyelenggaraan
Pengajaran Anak Tuli Bisu ) berubah menjadi LPATB ( Lembaga Pendidikan Anak
Tuli Bisu ) kemudian berubah menjadi P3ATR ( Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pengajaran Anak Tuna Rungu ) dan berubah lagi menjadi YP3ATR ( Yayasan
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran Anak Tuna Rungu ).
Dengan memperhatikan dan melihat Sejarah SLB – B Cicendo
yang sangat bersejarah dan mempertahankan cita-cita luhur para pendiri SLB – B
Cicendo Bandung, serta melihat bangunan (Sarana dan Prasaranya ) yang kurang
terawat. Maka keluarga Sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan Komite
Sekolah serta orang tua murid dan tokoh masyarakat di Kota Bandung memandang
perlu SLB – B Cicendo Bandung harus dipertahankan keberadaannya dan
ditingkatkan layanan pendidikannya. Dengan cara SLB – B I dan II YP3ATR / P3ATR
Dinegerikan ( Dikelola oleh Pemerintah ) maka dengan perjuangan yang panjang
dan kebersamaan yang tinggi SLB – B I dan II YP3ATR
/ P3ATR Cicendo Bandung atas dasar pengkajian dari
berbagai pihak yang berkompeten dan Rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat, dan
Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Terhitung Mulai
Tanggal 2 Januari 2009 SLB B I dan B.II YP3ATR / P3ATR Beralih Status menjadi SLB Negeri
Cicendo Kota Bandung dan
telah diresmikan pada tanggal 26 Pebruari 2009 oleh Gubernur Jawa Barat.
Tidak
semua orang Belanda itu menjajah. Beberapa juga ikut serta membangun Bandung
seperti sekarang ini. Bidang yang dibangun macam-macam, salah satunya
pendidikan. orang Belanda yang gemar sekali menjadi donatur untuk bidang
pembangunan pendidikan di Bandung adalah Karel
Albert Rudolf Bosscha. Yak, Bosscha nama panggilannya. Observatorium
Bosscha yang di Lembang itu bukan satu-satunya sumbangan Bosscha untuk
pendidikan di Bandung. Kampus ITB juga pernah jadi ladang amalnya Bosscha,
termasuk salah satu sekolah yang berada di belakang rumah dinas Gubernur Jawa
Barat Berikut ini. Gedung
Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo Bandung. Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo
yang terletak di Jln. Cicendo No. 2. Kalau dulu nama (bahasa) Belandanya Mereeniging voor Onderwijs aan
Doofstomme Kinderen in Indonesia atau
disebut bangunan Doofstommen Instituut (Lembaga Bisu dan Tuli). Gedung ini
termasuk gedung istimewa karena merupakan bangunan pertama yang menggunakan
sistim rangka baja murni di Bandung.
Gedung
ini didirikan 3 Januari 1930 atas prakarsa seorang ahli penyakit telinga,
hidung, dan tenggorokan (THT), Ny.
C.M. Roelfsema Wesling, istri Dr.
H.L. Roelfsema. Peletakan batu pertamanya sendiri dilakukan pada tahun
1933.
Belum diketahui siapa arsitek dari bangunan ini. Kalau diperhatikan, SLB
Cicendo memiliki gaya arsitektur tradisional modern, lihat saja bentuk atap dan
kerangkanya. Bubungan atas dibentuk rata dan tidak ada pertemuan dengan
bubungan samping, tetapi dibentuk ventilasi (rohang). Bubungan samping (sudut)
dibentuk agak melengkung, seperti pada atap rumah tradisional Jawa Barat.
Pada
bagian kaki bangunan diberi batu kali, seperti pada bangunan masa Kolonial
Hindia Belanda. Sayangnya gedung ini sekarang telah diberi cat berwarna hitam
tidak warna natural seperti aslinya. Sedangkan dinding dibuat dari susunan bata
dengan diberi lepa dan cat tembok berwarna putih. Pada pertemuan antara bagian
kaki dan badan bangunan diberi pinggul dari serbuk batu yang diberi semen
putih. Material
besi hampir mendominasi bagian pintu dan jendela. Setiap daun pintu terbagi
dalam 5 baris panel (kolom), setiap baris terdapat 2 panel (kolom). Pada baris
paling bawah terbuat dari pelat besi setinggi bagian kaki bangunan, setengahnya
lagi (2 kolom) menggunakan kaca es yang tidak tembus pandang tetapi tembus
cahaya.
Oh
satu lagi, SLB Cicendo bukan hanya merupakan bangunan pertama dengan konstruksi
rangka baja di Indonesia, bisa jadi di Asia! Begitu menurut Kasi Pengembangan
Budaya Daerah Subdin Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,
yang juga Koordinator Pengumpulan Data Pengajuan dan Penetapan Bangunan Cagar
Budaya Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo, Drs.
Eddy Sunarto. Sedangkan
menurut beberapa sumber, bangunan rangka baja yang pertama adalah Gedung Sate.
Gedung
SLB Bandung termasuk dalam kategori benda cagar budaya yang dilindungi UUI No.
5 /1992 tentang Mengandung Nilai Sejarah, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan,
ditinjau dari historis-arkeologis. Sama halnya dengan nasib bangunan bersejarah
lain di Bandung, pengajuan pengajuan artefaktual SLB Cicendo sebagai bangunan
cagar budaya, sejak Juni 2006, belum kunjung ditandatangani Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala.
Heeft u van de heer en mevrouw Roelfsema een foto? Ik zoek die voor historisch onderzoek naar KNO-artsen in Nederlands Indië..
BalasHapusGroet Jan
maturtengkiyu
BalasHapushaturnuhun
terimakasih...
CERITA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH
BalasHapusAssalamualaikum saya bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah ijazah saya yang kemarin mulai dari SD sampai SMA saya hangus terbakar, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0853-2174-0123, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp/WA 0853-2174-0123, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsun selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke email kami.
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Semua data di kirim sesuai alamat kantor
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.500.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000